Mengenal Karakter Lewat Batok Kepala
Melihat bentuk-bentuk garis tangan untuk mengetahui karakter, sudah lama dikenal orang. Mengamati bentuk-bentuk wajah untuk melihat nasib, bukanlah hal yang aneh lagi. Garis tangan dan wajah sering dipakai untuk menganalisis kepribadian seseorang.Sejak lama, palmistri (pengetahuan tentang bentuk tangan dan garis tangan) dan fisiognomi (pengetahuan tentang karakteristik wajah dan tubuh) digandrungi banyak orang. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Palmistri dan fisiognomi tumbuh sejak ribuan tahun yang lalu di berbagai belahan dunia.
Karena analisis yang dilakukan para pakarnya sangat akurat, maka kemudian palmistri dan fisiognomi dipandang sebagai ramalan. Padahal pada awalnya palmistri dan fisiognomi merupakan alat yang digunakan para tabib kuno untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Sesungguhnya, ramalan sebagai suatu proses analisis karakter atau kepribadian juga dapat dilakukan melalui frenologi (phrenology). Sayang, nama frenologi masih terasa asing. Ahli-ahli yang menggeluti bidang ini pun masih bisa dihitung jari tangan.
Frenologi adalah pengetahuan tentang membaca kontur pada batok kepala. Memang, dibandingkan metode peramalan lain seperti palmistri, fisiognomi, astrologi, atau numerologi, frenologi masih terbilang “barang baru” karena umurnya masih muda. Di Indonesia sendiri nama frenologi belum begitu populer.
Frenologi lahir pada 1796 di Austria. Pelopornya adalah dr. Franz Joseph Gall. Dokter umum inilah yang pertama kali mengumumkan teori frenologinya.
Menurut penelitian Gall, kegiatan berpikir sangat berpengaruh terhadap bentuk otak setiap orang. Pada gilirannya, hal itu akan mempengaruhi pembentukan tengkorak kepala sehingga menyebabkan ketidakteraturan pada permukaannya.
Kemudian Gall beranggapan bahwa karakter setiap individu dapat dengan mudah dievaluasi dengan mengamati ketidakteraturan ini. Orang awam sering menyebut ketidakteraturan pada kepala sebagai “benjolan”. Di mata para ahli frenologi “benjolan” itu disebut “pancaindera” atau “organ”.
Bentuk kepala pun, menurut Gall, menunjukkan jenis otak yang mengisi di dalamnya. Dia juga mengatakan bahwa otak orang yang masih muda dapat diubah melalui pendidikan dan jenis-jenis kegiatan khusus. Pernyataannya kemudian mengilhami dokter-dokter muda untuk menasehati para pasiennya. “Jika otak Anda ingin lincah, maka Anda harus menggunakan pikiran Anda,” begitu kata mereka.
Pada pertengahan abad ke-19, ketika frenologi berada di puncak ketenarannya, para penerus Gall berhasil mengembangkan ilmu ini. Segala teknik dan metode penelitian pun disempurnakan. Mereka membuat patikan bahwa dalam meneliti frenologi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengukur kepala. Ukuran tengkorak diyakini menunjukkan sejumlah kekuatan otak yang ada di dalamnya.
Rata-rata diketahui bahwa lingkar normal kepala seorang wanita berkisar 48 cm – 56 cm, sementara seorang pria berkisar 49,5 cm – 57 cm. Setelah itu kepala dibagi menjadi tujuh bagian imajiner. Mirip dengan astrologi, ketujuh bagian ini dihubungkan dengan planet. Kita sebut saja bagian-bagian itu A, B, C, D, E, F, dan G.
A. Diasosiasikan dengan Merkurius. Bagian ini dipandang sebagai tempat dari intelek pokok dan kemampuan berpikir.
B. Diasosiasikan dengan Yupiter. Bagian ini mencakup hal-hal yang mengatur loyalitas atau kesetiaan.
C. Diasosiasikan dengan Saturnus. Bagian ini berhubungan dengan instink serta mengatur desakan kita untuk melindungi dan mendampingi diri kita sendiri.
D. Diasosiasikan dengan Matahari. Bagian ini mengatur semua pekerjaan pikiran dan berhubungan dengan ambisi serta cara kita mengatur untuk mencapai ambisi itu.
E. Diasosiasikan dengan Mars. Bagian ini berkaitan dengan energi, instink, dan nafsu alamiah.
F. Diasosiasikan dengan Venus. Bagian ini berkaitan dengan hal-hal perasaan dan kasih sayang.
G. Diasosiasikan dengan Bulan. Bagian ini berkaitan dengan hubungan kita dengan keluarga, situasi rumah, dan tempat kita dalam masyarakat.
Selanjutnya, ketujuh bagian itu dibagi lagi menjadi 42 subbagian. Setiap subbagian mampu bercerita tentang karakter, tergantung bagaimana bentuk “benjolan” yang dimiliki seseorang. Panjang pendeknya cerita akan sangat tergantung kepada kepiawaian sang frenolog.
Membaca kepala
Dalam membaca kepala, seorang ahli frenologi mula-mula akan memperhatikan bentuk keseluruhan kepala. Kepala bulat dianggap mengindikasikan sifat dasar yang kuat, percaya diri, berani, dan kadang resah.
Kepala segiempat mewakili sifat dasar yang teguh, dapat diandalkan, berpikir mendalam, dan mempunyai tujuan.
Kepala yang lebar mengisyaratkan karakter yang energetik dan ramah. Sedangkan yang lebih sempit memerlihatkan sifat dasar yang lebih menarik diri dan melihat ke dalam diri. Bagaimana pula bentuk kepala milik cendekiawan? Menurut ahli frenologi, umumnya berbentuk bulat telur. Percaya atau tidak, terserah Anda.
Selain bentuk, ahli frenologi akan menjelajahi kepala seseorang dengan ujung-ujung jari. Hal ini dimaksudkan untuk merasakan garis bentuk tengkoraknya. Karena otak terdiri atas dua belahan, maka pengecekan dilakukan pada bagian kiri dan kanan.
Banyaknya karakteristik manusia, tentu menyebabkan beragamnya bentuk dan ukuran kepala. Karena kehidupan sosial setiap individu berbeda-beda, maka organ yang dihasilkan menjadi variatif. Di mata ahli frenologi, organ yang kurang berkembang dibandingkan yang lain mengindikasikan kurangnya “kualitas” pada kepribadian. Sedangkan yang berkembang baik mengindikasikan adanya kualitas sampai tingkatan tertentu.
Jadi, misalnya, organ “pencernaan” milik seseorang itu kecil bentuknya, ini mengindikasikan orang tersebut rewel dalam hal makanan. Jika berkembang baik menunjukkan dia senang makan. Sedangkan jika berkembang berlebihan, tak salah lagi… orang itu rakus.
Karena Gall mendasarkan analisisnya secara empiris murni, maka frenologi banyak diterima masyarakat. Kontribusi paling penting Gall adalah mengategorikan bentuk batok kepala “penjahat”.
Menurut dia, ada hubungan yang erat antara sifat psikopat penjahat dengan kecacadan fisik atau bawaan. Di antara ketidaknormalan ini adalah berbagai ukuran batok kepala yang tidak umum dan ketidaksimetrisan pada tulang-tulang wajah.
Di dunia Barat pada mulanya, frenologi banyak dipelajari para penegak hukum. Edward Vincent Jones, seorang jaksa di AS, di awal 1900-an menekuni frenologi karena dia menyadari adanya banyak kemiripan wajah di antara para pelaku kejahatan yang dia temui di ruang-ruang pengadilan. Namun kemudian, ilmu batok kepala itu juga didalami para dokter dan psikolog di seluruh dunia.
Nah, bagaimana bentuk kepala Anda: panjul, peang, kepala “penjahat”, atau bentuk lainnya? Yang jelas, dampak positif dari frenologi antara lain memungkinkan para pimpinan bisa memilih karyawan dengan bijaksana. Bahkan, frenologi dapat dimanfaatkan untuk mempertimbangkan teman hidup atau mengetahui kejujuran seseorang, dan masih banyak lagi tentunya.
Perhatikan Kepala Anda
Di samping dengan pengetahuan frenologi, mengamati kepala seseorang bisa dilakukan dengan pengetahuan fisiognomi. Banyak kebudayaan purba mewarisi ilmu ini dan konon terbukti ampuh untuk menebak karakter seseorang.
Menurut bangsa Tiongkok purba, kepala yang berbentuk bulat biasanya milik orang yang suka mengatur atau administrator. Kepala yang kecil menunjukkan kecil akal sehingga jauh dari keberuntungan. Kekurangberuntungan juga dimiliki oleh mereka yang berkepala lebar dan panjang.
Yang relatif baik adalah jika bentuk kepala datar dan penuh dengan rambut. Orang yang berkepala demikian berpenampilan cerdas, humoris, dan mempunyai banyak kualitas bagus.
Khusus wanita yang berkepala kecil dikatakan mempunyai kehalusan tingkah laku, tidak suka di bawah pengaruh orang, hatinya keras, dan tidak gampang dibuat lembek. Sifat lainnya adalah kalau bekerja jarang bisa sampai akhir dan gampang ambil keputusan atau sembrono. Sedangkan wanita yang mempunyai kepala sedikit tinggi dikatakan peruntungannya baik, hatinya selalu tabah dalam keadaan bagaimanapun, dan bisa menjadi orang sentosa.
Bangsa Barat mengatakan, tanda keberuntungan bisa dilihat dari bentuk kepala yang lurus. Begitu pula bila bagian depannya melengkung. Sebaliknya bila panjang dan bulat, maka pertanda keragu-raguan dan kekurangberuntungan.
Bangsa Suriah di Asia Barat juga mewarisi keterampilan membaca kepala. Dikatakan, jika kepala besar, dahi lebar, dan rambut kaku maka pertanda sulit mendapatkan kecocokan dalam pernikahan. Jika dahi lebar, seperti berminyak maka orang itu kurang suka bergaul dengan banyak orang. Jika kepala kecil dan rambut panjang maka dia bakal mengembara.
Sementara itu, menurut peninggalan bangsa Arab kepala besar merupakan tanda keberuntungan karena dia bukan seorang pelupa. Malah senantiasa akan mengingat segala apa yang dikerjakan. Jika kecil, budinya sangat tipis dan pendiam. Kepala sedang sangat dipuji karena budinya cukup dan berhati mulia.DAFTAR PUSTAKA
1. A.L. Vaught. Phrenologie: Pengataoean tentang Tampang Moeka. Batavia: De Pertoendjangan, tanpa tahun.
2. Diagram Group. Misteri Masa Depan Anda. Jakarta, Arcan, 1993.
3. L.A. Justice (terjemahan Irwin Lim Nan Sen). Rahasia Membaca Wajah. Batam: Interaksara, 2000.
4. Ross Woodrow, dkk (terjemahan Achmad Fanani). Seni Membaca Wajah. Yogyakarta: Bookmarks, 2006.
5. Sasha Fenton. Misteri Tubuh Anda. Jakarta: Arcan, 1995.