Ramalan Tahun 2015 Indonesia

Pada tahun 2014 telah terjadi pergantian pemimpin bangsa dan hal ini sebelumnya menjadi konflik yang hangat saat perebutan kepemimpinan bangsa Indonesia ini. Kini saatnya maju melangkah kedepan menyongsong tahun 2015. Bagaimanakah Ramalan tahun 2015 untuk bangsa Indonesia.Pada tahun ini bangsa Indonesia akan mengalami banyak masalah dari berbagai segi kehidupan, baik politik,ekonomi, konflik SARA, bahkan bencana alam.
Rangkaian kejadian selama 2013-2014 yang diwarnai oleh suhu politik yang meninggi, dengan aktornya bernama parpol alias partai politik menjadi penyebab hulu gejolak politik 2015.
Diawali dengan majunya 94% bekas anggota DPR 2009-2014 yang cacat prestasi politik dan moral dan dengan kekuatan uang hasil rampokan partai akan berkuasa lagi, maka dapat dipastikan yang akan maju menjadi pemimpin RI 2014-2019 adalah para sohib anggota DPR yang jelas kualitasnya sama dengan sekarang ini: bobrok, korup dan tak bertanggung jawab, istilah saya adalah fakir politik.
Majunya para capres fakir politik seperti Aburizal Bakrie, Megawati, Pramono Edhie, dan tersingkirnya banyak capres potensial seperti Joko Widodo, Anis Baswedan, Mahfud MD, Dahlan Iskan, Jusuf Kalla dalam kompetisi meraih kepemimpinan nasional yang tak didukung oleh partai politik yang korup. Majunya Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama dalam politik nasional sebenarnya menjadi secercah harapan di tengah kegersangan dan kefakiran politik nasional.

Kondisi 2015 seperti kondisi tahun 1997 – 1998. Saat itu Golkar dan Soeharto mengusai Indonesia dan menjadi the Mighty  yang maha kuat. Pencalonan Soeharto untuk yang ketujuh kalinya dipaksakan. DPR dan MPR akhirnya menjadikan Soeharto sebagai presiden. Rakyat yang sudah jenuh dan muak dengan kekuasaan terpusat Soeharto bergerak di seantero Indonesia. Massa yang biasanya diam, turun ke jalanan di seluruh Indonesia yang memaksa Presiden Soeharto turun.
Kini, dengan model dan taktik presidential threshold sebesar 20%, para partai politik yang menganggap diri mereka besar dan berkuasa, membatasi pencalonan presiden. Jika Golkar dulu hanya menunjuk Soeharto, maka kini para partai politik tidak memberi kesempatan kepada calon presiden selain para ketua umum partai, yang partainya belepotan dengan korupsi dan para anggota legislatifnya adalah kalangan manusia fakir politik. Jika DPR hasil pemilu 2014, karena parpol telah menyandera para calon presiden yang dikehendaki rakyat dan bersih dari korupsi  memaksakan pencalonan capres fakir politik, maka yang akan terjadi adalah rakyat tak akan memilih presiden.
Masyarakat akan melakukan pembangkangan berupa Golput. (Rakyat tidak punya pilihan)  Jika Golput terjadi dan yang menjadi presiden adalah calon presiden dari ketua umum partai yang sekarang ini ada, maka dipastikan rakyat akan merasa dikerjai dan menjadi korban politik para politisi fakir. Akibatnya kejadian 1998 akan terjadi di Indonesia. Terlebih lagi jika outlook ekonomi Indonesia merosot tajam dan kemiskinan menghimpit. Maka tak ayal lagi bahwa pada 2015 akan terjadi kerusuhan politik akibat tingkah laku DPR 2009-2014 yang korup dan dilanjutkan dengan jilid dua 2014-2019 akan menimbulkan prahara politik di Indonesia.
Maka, jika parpol tidak arif dan egois serta buta mata dan hati, maka tersingkirnya para capres yang benar seperti Prabowo yang diboikot oleh parpol dalam pengajuan dan ditolak koalisinya Jokowi, Mahfud MD, Dahlan Iskan, Anies Baswedan (bukan Anis Matta lho), Jusuf Kalla, Yusril Ihza Mahendra, akan membuat masyarakat golput di pileg dan pilpres.
Skenario itu tampak dari presidential threshold tinggi 20% yang artinya membatasi jumlah calon presiden akibat ketakutan partai gurem mencalonkan calon presiden populis merakyat. Skenario partai besar itu adalah akal-akalan agar jago mereka hanya bertarung dengan sesama manusia politisi fakir.
Kondisi pemaksaan seperti itu akan menimbulkan gejolak karena rakyat telah belajar bagaimana koalisi terbentuk hanya untuk membawa Indonesia jalan di tempat. Selama 10 tahun, sistem kepartaian dengan konsep koalisi seperti demokrasi parlementer yang sejatinya presidensiil, karena Susilo Bambang Yudhoyono lemah, maka Indonesia tetap terpuruk di segala bidang: tatanan sosial, politik, ekonomi rusak dengan korupsi di segala lini menjadi kebiasaan para pe-nguasa.
Maka 2015 akan menjadi tahun huru-hara politik akibat naiknya para politisi fakir yang menguasai jagad kekusaan di Indonesia yang rakus, korup, segregarif dan intoleran seperti sekarang ini. Rakyat muak dan rendah partisipasi politiknya akibat sistem politik kepartaian di Indonesia yang tak matang. Yang matang seperti PDIP dan Golkar, PPP hanya menjadi corong politik fakir juga. Maka sekali lagi 2015 akan menjadi tahun prahara politik nasional.
Salah satu solusi agar tak terjadi golput yang masif, baik dalam pileg maupun pilpres adalah orang benar seperti Jokowi dan lain-lain maju. Jika Jokowi dan orang-orang benar disingkirkan maka kerusuhan 2015 tak akan terhindarkan lagi.

sumber: www.satgasnas.or.id/ramalan shakti